Berproses

Entah kenapa akhir-akhir ini aku jadi rajin ngintip IG-nya Putri Anne, istri Arya Saloka, aktor sinteron yang lagi tenar itu. He he he…emang gara-gara sinetron Ikatan Cinta (IC) ngetop banget, aku jadi penasaran dan ngikutin ceritanya. Mula2 cuma di aplikasi Vision+ eh, akhirnya nonton di TV juga. Tapi sekarang sih udah gak antusias lagi. Lama-lama sinteron itu jadi seperti sinetron lainnya, ceritanya jadi kurang logis dan plotnya berputar-putar supaya tetap tayang. Gara-gara IC ini jadi suka ngintip IG para pemainnya. Jadi tahu shiper pula. Eh, sebenarnya penasaran dengan IC pun gara-gara ada potongan scene suka muncul di feed IG. Mungkin karena akun yang kufollow suka atau mengikuti akun-akun IC.

Kembali ke Putri Anne. Dia dulunya sering main sinetron juga. Tapi setelah menikah dan punya anak, dia memilih untuk jadi ibu rumah tangga yang benar2 IRT, tanpa bantuan pembantu & pengasuh anak. Dia muslimah yang mengenakan jilbab, meskipun ternyata dia baru menjadi muslimah di tahun 2016, sebelum menikah dengan Arya. Ini yang bikin saya salut dan selalu ingin melihat kehidupannya melalui IG nya. Mulanya karena dengar dia suka dibully netizen dan dibanding-bandingkan dengan lawan main Arya, yaitu Amanda Manoppo, yang memang kecantikannya sedang di puncak. Umurnya baru 21 tahun, tapi sudah banyak membintangi film (sinetron) dan iklan. Perannya sebagai Andin, istri Aldebaran yang diperan Arya Saloka, memikat penonton. Cantik secara fisik, juga manis budinya. Meskipun saya tidak mengidolakan (ada kelakukan kesehariannya yg saya tidak suka), saya harus mengakui dia cantik sekali. Tidak jarang penonton yg juga warganet menjodoh-jodohkan mereka di dunia nyata (shiper). Mereka membandingkannya dengan istri Arya sebenarnya, yang ibu rumah tangga. Padahal Putri Anne pun tidak kalah cantik. Dia punya darah bule juga (Norwegia). Selain menjadi ibu rumah tangga, Putri Anne juga kerap mendapat orderan untuk endorse beberapa produk. Bisnis endorse ini memang sedang marak di tengah meningkatnya bisnis online.

Nah, akhir-akhir ini Putri Anne kerap mendapat komentar negatif karena beberapa kali memposting foto dengan memakai jilbab bergaya turban atau yang seperti ciput, yang membuat lehernya kelihatan. Komentar-komentar tersebut memang beragam. Ada yang adem membungkus nasehatnya dengan pujian. Ada yang keras menegur (pake kata “woy”), ada yang cukup bijak memahami bahwa dia sebagai mualaf yang butuh proses untuk menjadi muslimah yang taat. Ada yang menganggapnya bebal, karena sudah beberapa kali dihujat (dikomentari secara negatif) tapi tidak merubah tampilannya. Eh, akhir-akhir ini ada juga komentar yang menyalahkan suaminya yang suka pake celana pendek, sehingga kurang menutup aurat, katanya. Menurut mereka, suaminya aja masih belum bener, apalagi istrinya yang mualaf. Ada-ada aja ya pendapat orang…

Saya termasuk orang yang setuju dengan komentar atau pendapat bahwa Putri Anne masih butuh proses. Saya pun sempat agak kesal, bertanya-tanya kenapa ya dia seakan-akan ingin membantah apa yang dinasehatkan kepadanya. Tapi dari IG story-nya yang memposting terjemahan surat Al Fatihah dan pemahamannya, saya jadi lebih memahami dia. Setiap orang punya pergulatan spiritualnya sendiri. Dia lari ke Al Qur’an ketika menghadapi celaan, menunjukkan bahwa dia tidak bebal. Tapi memang dia baru sampe Al Fatihah “ngaji”nya (untuk masalah ini). Menjadi muslimah, memakai jilbab, membuat orang berharap dia selalu istiqomah dengan tampilan muslimah yang taat. Tapi setiap orang dimana pun level keimanannya pasti mengalami ujian. Tentu saja ujiannya juga berbeda-beda. Netizen kadang terlalu cerewet. Padahal menurutku sudah cukup nasehat yang diberikan. Putri Anne sudah dengar, sudah tahu, tapi dia punya pergulatan spiritual tersendiri, punya alasan sendiri mengapa posting seperti itu. It is between her and her God. Kadang saya pengen ikutan komentar agar netizen yg julid berhenti mengomentari secara negatif. Cara menasehati seperti itu gak akan kena. Bukankah dakwah itu harus dengan hikmah? Apa bisa mengajak kebaikan dengan cara yang menyakitkan?

Saya ingat, saya pun butuh sekitar 3 tahun untuk mau mengikuti perintah berjilbab, bahkan setelah tahu bahwa itu wajib hukumnya bagi muslimah. Teman-teman se-kost mencoba mengajakku. Mulai dari yang ajakan lembut, memberikan ayat-ayat ancaman neraka, hingga tidak mengacuhkan kehadiranku. Hingga akhirnya suatu jawaban atas permasalahan orang lain membuka mata hati dan menggerakkan aku untuk mengenakan jilbab. Jawaban yang diberikan ustad tersebut bukan janji surga atau ancaman neraka, tapi ustad tersebut menekankan bahwa Allah yang Maha Penyayang, akan bisa memahami kesulitan si Mbak yang terpaksa harus membuka jilbabnya saat bekerja. Karena dia sebagai tulang punggung keluarga dan saat itu masih banyak perusahaan yang belum bisa menerima pemakaian jilbab di kantor. Saya yang tidak mengalami masalah penerimaan, akhirnya malah jadi tergerak untuk memakai jilbab.

Saat ini saya pun sedang berproses dengan hal lain. Berproses untuk menerima bahwa orang lain menganggap saya bersifat sesuatu yang saya rasa saya gak begitu. Katakan lah saya dianggap pelit padahal saya merasa tidak pelit. Sempat terpikir, saya harus bersikap bagaimana agar tidak dianggap begitu? Rasanya saya sudah mengikuti anjuran untuk berinfaq, memberi atau meminjamkan kepada yang butuh bantuan, sesekali mentraktir, dll. Tapi sekarang saya sampai pada pemahaman bahwa saya tidak perlu membuat citra saya baik di mata semua orang. Kalo saya mau berbuat baik, lakukan itu karena Allah. Bukan karena ingin dianggap baik. Saya sedang memproses diri saya untuk menerima anggapan jelek tentang diri saya. I have to admit that it hurts me, coming to someone close to me. But I can’t control other’s mind. It might be true from her/his point of view. All I can do is trying be better and accept me as it is. Proses adalah keadaan yang berubah, berjalan, tidak diam di suatu titik, pasrah. Saya berproses dari sakit hati, healing dan menerima anggapan orang without define me as other think I am.

Saya kira Putri Anne pun sedang berproses dengan keimanannya. Satu hal yg masih saya anggap dia belum keluar dari track adalah di IG story nya dia tidak memposting saat dia tidak berjilbab sama sekali. Sempat terbersit di benak saya agar dia bisa seperti artis lain, misalnya Zaskia Adya Mecca, yang juga berjilbab, ibu rumah tangga tapi tetap stylist. Tapi saya tahu itu itu tidak adil. Mereka tidak sama dan tidak perlu sama. Akhirnya saya cuma bisa mendoakan dia tetap istiqomah dalam kebaikan, meningkat level keimanannya dan sakinah mawwadah warromah pernikahannya. Entah kenapa saya ingin mendoakan orang yang tidak kenal saya. Mungkin karena saya mulai suka dan sayang padanya sebagai sesama Muslimah, yang saya kira sama dengan saya sedang berproses menuju keimanan yang lebih baik. Wallahu ‘alam bissawab.

Leave a comment